Wah.. gilaa!! Setelah dua hari nggak bisa nge-blog, akhirnya bisa juga aku nulis lagi. Pernah nggak kebayang pergi ribuan mil dari rumah dengan tujuan negara Eropa dan terancam nggak bisa kembali ke rumah? Terancam berenang melewati Selat Inggris, menjual angklung yang jadi aset berharga dalam suatu festival, kehilangan peti yang berisi angklung di Bahrain, pesawat yang delay beberapa jam karena ngebetulin AC (kaya bis Patas aja) sampai... kotak makanan yang raib dan menahan lapar selama beberapa jam akibat dibagi-bagikan secara sadar ke sesama warga negara Indonesia di Jerman. Buku Maulana M Syuhada ini benar-benar menginspirasikan semangat anak2 SMA yang pengen mencapai impiannya Expand the Sound of Angklung. Maulana pinter banget mengupas kisahnya, dengan bantuan "Gut & Billig"..... (nggak .. becanda kok). Alat musik yang konon katanya udah diakui negeri Jiran ini, terkenal sampai ke daratan Eropa. Ini bukan kisah rekaan apalagi khayalan, ini BENERAN. KISAH NYATA!! Membangkitkan kenangan waktu kita kecil dulu baru pertama kali bisa nyanyi Indonesia Raya.. bangga bangettt. Di sini kamu bisa nemuin rasa haru, seneng, deg'-deg'an, berkeringat cari duit, sampai nasionalisme yang tinggi bikin bulu kudukmu berdiri. Yang pasti cerita menyentuh ini, WAJIB KAMU BACA!
Kata Bunda Teresa Soal Hidup
TAIKO : Di antara Berjiwa Besar dan Indonesia?
-Romantic Princess serial-
Wanita jadi nomor 2 dalam masyarakat, bahkan nggak boleh marah apalagi cemburu kalau suaminya punya simpanan banyak. Tapi istrinya dituntut untuk setia, teguh, bahkan mengurus benteng sendirian saat suami pergi perang. Ciri khas laki-laki berkeluarga di abad itu lah pokoknya! sama kayak Indonesia jaman revolusi dan kesultanan. Damn!
Cerita ini berkisar masalah perebutan dan pelebaran kekuasaan Jepang Tengah yang waktu itu dikuasai oleh bangsawan marga, ronin dan biksu. Sepak terjangnya Nobunaga keren banget di sini. Bedanya sama Mushashi, di sini tokoh prajurit dan samurai sering banget menangis. Tangisannya keluar sebagai penghargaan atas rasa hormat dan persahabatan.
Seppuku, alias bunuh diri, jadi bagian dalam usaha diplomasi dan penegakan kehormatan. Walaupun di bagian terakhir, seppuku Ikeda Shonyu cenderung terlihat pembunuhan ketimbang bunuh diri dan lebih berdarah-darah, berjuang sampai mati jadi bagian yang menarik. *mengingat di Indonesia lebih baik kabur atau ngeles kalo ketahuan salah.*
Yang bikin aku terinspirasi di sini adalah kelemahan kita untuk terus menerus berpikir naif dan sangat picik dibanding Hideyoshi yang selalu melihat "sesuatu yang lebih besar" yang menjadi bagian dalam perjalanan hidupnya. Kalau di sini Hideyoshi bisa merasa "Inilah jalan yang harus kujalani untuk mencapai impianku", aku terdorong untuk mencari jalan "Inilah jalan untuk tujuanku". Aku belum nemu!!! *Jadi iri.*
Kesetiaan dan kehormatan jadi bagian penting. Malu kalo nggak bangga terhadap junjungannya bertolak belakang dengan orang Indonesia yang lebih suka mengkritik dan menjelek-jelekkan bangsa sendiri dibandingkan orang dari negara lain.
Sering banget kan kita dengar *nggak usah muna' deh!* "Wah! orang Amerika tuh emang keren kalo bikin film! Produk fashion Hongkong lebih bagus daripada orang Indonesia." "Indonesia itu melarat, barangnya bajakan semua, bisanya cuma nyontek."
DOOOOOOHHHH!!! Kalau bukan kita sendiri yang ngebangun bangsa sendiri, siapa lagi? Aku malu punya bangsa seperti ini, tapi aku nggak malu untuk memulai segala sesuatu dari awal. We are NOW generation *nyontek slogannya TRAX FM*. Jangan cuma bisa mengkritik tanpa bisa bertindak. Jangan cuma ngajarin tanpa mau belajar. Aku mau mulai dari sekarang! l
Cana, Catholic Wedding Church?! Geez!!
Empat Macam Manusia Jakarta
Kuda
Mungkin aku pun termasuk golongan ini, di mana setiap orang memacu dirinya sendiri untuk berpacu dalam sebuah pertandingan kecepatan. Siapa pun yang mendapatkan tempat dengan cepat, dialah yang dibilang paling unggul di kaumnya.
Ibarat keindahan kuda, bisa disamakan dengan kuda hitam. Haus pula akan pujian dan kekaguman.
Nggak ada satupun yang mau dan bersedia untuk dibilang pemalas, karena kaum ini termasuk kaum pekerja yang dengan senang hati memacu dirinya untuk yang terbaik dan terdepan.
Ambisi kuda nggak pernah akan habis. Menjadi yang tercepat, terdepan, dan terutama.
Ambisi untuk uang, prestasi dan kejayaan dalam setiap persaingan untuk menjadi yang pertama dan terutama.
Babi
Sayang, kenapa kok babi selalu dikonotasikan negatif. Padahal Tuhan tidak pernah menciptakan segala sesuatu itu jelek ataupun buruk.
Orang yang seperti babi adalah orang yang suka sekali bersenang-senang. Dia akan bekerja untuk kesenangannya dan untuk mimpinya, terutama untuk hidup kaya, foya-foya dan kalau bisa sih... masuk surga.
Nggak ada yang salah dengan cara hidup seperti ini.
Perjuangan hidup harus sebanding dengan kenikmatan hidup.
Apa yang diperjuangkan hari ini harus berbuah suatu hari nanti. Nggak peduli dengan persaingan prestasi, babi nggak suka cari muka. Dia rela menempuh jalan apa aja untuk meraih kenikmatan. Tapi jalan yang ditempuh pun harus dipikirkan secara perlahan dan kadang terkesan sedikit lambat.
Babi tahu cara bersenang-senang dan tahu kapan bekerja. Nggak seperti kuda yang selalu bekerja keras dan memacu dirinya untuk memuaskan ambisinya.
Tapi terkadang Babi suka lupa diri. Menghambur-hamburkan demi kesenangan perutnya tanpa mengerti di depan masih ada esok hari.
Sekarang bersenang-senang, besok merasa bersalah.
Tikus
Golongan ini adalah orang yang sangat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya hari ini. Mereka bekerja keras dalam segala sesuatu.
Setiap sen dikumpulkan satu per satu dengan harapan "besok pasti lebih kaya". Tikus tahu untuk bekerja keras.
Tikus rela melakukan apa aja demi makan hari ini.
Tikus juga tahu kapan harus menabung, kapan harus menyimpan. Tapi sayang, tikus nggak pernah mengenal kata "membuang"
Karena tikus hanya hidup untuk hari ini.
Tikus yang baik memilih untuk mencari jalan yang benar. Sedangkan yang jahat, mencari dan menghalalkan segala cara, termasuk membunuh.
Yang pernah nonton Rattatouille pasti bisa membayangkannya.
Tikus menjadi kaum yang terpinggirkan dan selalu tertekan oleh sistem. Saat seseorang ingin menolongnya, orang itu justru dihina oleh kaumnya. Khawatir akan perangkap dan jerat yang lebih dashyat.
Tikus teguh, pantang menyerah, namun cuma nasib dan doalah yang bisa membawanya.
Macan
Pasti udah tau, orang seperti apa yang termasuk Macan.
Mereka orang-orang "kuat", entah dari segi finansial, intelektual, spiritual maupun popularitas. Macan merasa selalu lebih unggul dan lihai memilah dan memilih mangsanya. Orang bijak bilang, "jangan bangunkan macan yang sedang tidur."
Mereka tahu bagaimana mengembangkan kekuasaannya.
Mereka haus akan pengakuan "nomor satu" dan jarang sekali mengakui kekalahan.
Saat sesuatu nggak bisa jadi miliknya, suatu saat nanti, dengan cara yang lain dan dengan cara apa pun, dia akan mengeluarkan taring dan matanya yang tajam.
Sayang, orang-orang macam ini seringkali egois dan lupa diri.
Ambisinya terlalu berlebihan, kepongahannya seringkali melupakan lingkungan sekitarnya.
Hingga akhirnya membuat yang lain "tak bernyawa lagi".
Selama macan masih hidup dengan jalan yang tidak baik, banyak orang akan dirugikan.
-Tulisan ini bukan untuk menilai dan menimbang sesuatu, tapi sebagai bahan pemikiran akan teman-teman yang hidup di Jakarta. Entah benar atau tidak, kebenaran hanya milik Yang Di Atas.-
Beyonce Experience : Lompat barikade 2 meter!!
- Nggak berusaha mengatasnamakan pers dan berusaha memihak siapa benar siapa salah. Cuma pengen berbagi pengalaman seru selama konser Beyonce, 1 November 2007
- Sehari sebelumnya, 31 November 2007, setelah menempuh 6 jam perjalanan, sampailah aku di ibukota. Dan dengan sedikit bantuan teman, tibalah di hotel Borobudur, pkl 15.30 dengan tepat waktu.
- Rupanya, setelah "berberat-berat" ria nenteng tas kamera segede gaban - dan kalo dibandingkan ukuran tubuhku, tas itu lebih mirip cool box dibanding tas - akhirnya nggak ada sesi pemotretan Beyonce di acara Press Conference itu. Yang ada cuma video message dari "si Mbak item manis".
- Setelah banyak yang kecewa dengan menenteng kamera segede gada, akhirnya tibalah saat yang paling ditunggu. Antri ID Pers!! Fyi, waktu presscon nggak ada informasi di mana letak media pitt dan kamera tele yang harus dibawa saat event. Jangan harap song list, pers release aja nggak ada. That's okay... it wouldn't bad when we know what happen next.
- Pembagian ID Pers, berlangsung "meriah"!!!! Teman-teman pers dibedakan jadi 3, media online, broadcast dan media cetak. Kemeriahan itu berlangsung akibat panjangnya antrian di media cetak yang semuanya pengen didahulukan karena deadline!!
- Fiuwwww...... kurang lebih 300 media mengantri di depan satu orang panitia yg membagikan ID Pers dengan cara :
- Ngantri dulu.
- Isi Formulir di depan seluruh antrian yang panjangnya bikin AC ruangan nggak kerasa lagi. (note: kita udah pernah ngisi formulir, dan sekarang disuruh ngisi lagi untuk pernyataan).
- Menyobek kertas yang tanpa pervorasi (alias titik-titik untuk tempat menyobek).
- Akhirnya menunggu sekitar 10 detik setelah kertas sobekan diberikan, baru deh kita dapet ID.
Hari H. Betapa deg-deg'an nya aku waktu denger isyu sesi foto cuma 50 detik. Tapi itu cuma kabar burung. Dan ternyataaaa.. ada burung yang menyampaikan kabar lebih buruk lagi. Dan burung itu terbang dari Ruang Bengawan Solo B Novotel Mangga Dua Square.
- Teman-teman fotografer, kamerawan dan reporter diharapkan berperan sebagai penonton di dalam ruangan konser. Semua kamera foto dan video plus alat rekam apa pun ditinggalkan di ruangan yang nggak bisa dipertanggungjawabkan keamanannya oleh panitia. Atau... dititipkan ke mobilnya. Atau.. dititipkan ke mobil temannya. Kebayang dong, masa aku rela meninggalkan kamera seharga motorku di ruangan yang nggak pakai nomor penitipan. Padahal nggak ada salahnya panitia bikin sebentar sobekan kertas lalu diberi nomor lalu dicap lambang panitia, sebagai bukti untuk pengambilan. But, mereka nggak mau repottt dan nggak mau disuruh bertanggung jawab atas kehilangan. Dan mereka nggak mau dititipin pada intinya. Opppssss.... jadi menilai nih!! Ok. aku harus netral.
- Pengumuman kedua pun muncul dengan sedikit perubahan. Pada akhirnya kamerawan dan fotografer boleh masuk ke venue, dan boleh mengambil gambar 1 lagu untuk kamerawan, 3 lagu untuk fotografer. Sedangkan reporter, yang bertugas untuk mereview opening dan closing act, diperbolehkan masuk setelah lagu ketiga.
- Masuklah aku setelah diabsen dari panitia dan diminta untuk baris yang rapi melewati jalur yang semual dijanjikan jalur khusus pers... ternyata memakai jalur penonton. Alhasil, nggak sedikit penonton yang kepentok-pentok "alat2 perang".
- Setelah melewati beberapa anak tangga dan sampai di lapangan parkir lantai 8, akhirnya kita diminta menunggu lagi di depan barikade selama lebih dari 30 menit entah untuk apa.
- Akhirnya setelah diperbolehkan masuk dengan cap ala dufan, yang sialnya aku dicap kiri kanan, aku menempati posisi di level media yang tingginya hampir 2 meter dan terletak di belakang festival. HOREEEE!!!!
- Akhirnya lagi, "si Mbak Bokong Besar" muncul dan menyanyikan lagu pembuka, "Crazy in Love". Langsung aja "jepret jepret jepret" nggak peduli apa'an yang ada di depan.
- Baru aja "si Mbak" nyanyi "Say my name... say my name....." dua kali... langsung deh aku tergusur sampai pintu keluar. Belum sampai barikade luar, aku langsung terbengong-bengong "Lhoh! katanya 3 lagu???"
- Karena aku cuma punya 1 ID, yang dulu tawar menawar dengan MBAK FRISTA, aku berkeras untuk masuk lagi ke area. Boleh sih, tapi aku diminta menitipkan kamera ke mobil temen. Aduh! kan aku ke situ sendirian, pakai taxi pula. Syukur nggak banjir Mangga Dua Square.
- Terjadilah tawar menawar soal ID pers yang cuma satu dan aku yang "kere" waktu itu. Setelah berdebat keras, akhirnya mereka setuju untuk memberi sebuah ruang di antara barikade dan aku letakkan kameraku "dengan resiko sendiri" (istilah panitia untuk nggak mau dititipin) di dekat barikade yang banyak sekuritinya,biar mereka bisa lihat kalau aku nggak nyolong2 motret.
- Karena nggak kelihatan, manjatlah aku ke barikade setinggi 2 meter dan nangkring di sana. Sedangkan di luar temen-temen pada main bakar2an ID pers.
- "Say my name" belum selesai.. akhirnya somebody called my name, dan akhirnya aku diseret.. eh.. sori.. diangkat sama 3 orang sekuriti ke luar barikade. Hal yang sama terjadi sebelum ini, waktu aku harus keluar karena sesi foto selesai.
- Setelah ribut2 sebentar, dan meminta untuk ngobrol sama MBAK FRISTA, ternyata dia terlalu pengecut untuk ngobrolin konsekuensinya memberiku satu ID Pers. Dan berbalik menyalahkan aku yang cuma minta satu ID (padahal dia sendiri yang nggak mau kasih). Anyway, akhirnya aku diangkatlah keluar area.
- Di luar, reporter yang dijanjikan masuk setelah lagu ketiga, belum masuk juga dan mulai memaki. Sadar akan keresahan soal liputan teman-teman, aku juga bisa merasakan aura nya saat itu. Betapa panitia terlalu "banci" untuk menghadapi 300 teman-teman pers.
- Ya sudahlah, demi kamera yang nggak mau kutitipkan ke orang yang nggak kukenal, akhirnya aku nongkrong aja di pelataran parkir terbuka yang basah habis ujan.