- Nggak berusaha mengatasnamakan pers dan berusaha memihak siapa benar siapa salah. Cuma pengen berbagi pengalaman seru selama konser Beyonce, 1 November 2007
- Sehari sebelumnya, 31 November 2007, setelah menempuh 6 jam perjalanan, sampailah aku di ibukota. Dan dengan sedikit bantuan teman, tibalah di hotel Borobudur, pkl 15.30 dengan tepat waktu.
- Rupanya, setelah "berberat-berat" ria nenteng tas kamera segede gaban - dan kalo dibandingkan ukuran tubuhku, tas itu lebih mirip cool box dibanding tas - akhirnya nggak ada sesi pemotretan Beyonce di acara Press Conference itu. Yang ada cuma video message dari "si Mbak item manis".
- Setelah banyak yang kecewa dengan menenteng kamera segede gada, akhirnya tibalah saat yang paling ditunggu. Antri ID Pers!! Fyi, waktu presscon nggak ada informasi di mana letak media pitt dan kamera tele yang harus dibawa saat event. Jangan harap song list, pers release aja nggak ada. That's okay... it wouldn't bad when we know what happen next.
- Pembagian ID Pers, berlangsung "meriah"!!!! Teman-teman pers dibedakan jadi 3, media online, broadcast dan media cetak. Kemeriahan itu berlangsung akibat panjangnya antrian di media cetak yang semuanya pengen didahulukan karena deadline!!
- Fiuwwww...... kurang lebih 300 media mengantri di depan satu orang panitia yg membagikan ID Pers dengan cara :
- Ngantri dulu.
- Isi Formulir di depan seluruh antrian yang panjangnya bikin AC ruangan nggak kerasa lagi. (note: kita udah pernah ngisi formulir, dan sekarang disuruh ngisi lagi untuk pernyataan).
- Menyobek kertas yang tanpa pervorasi (alias titik-titik untuk tempat menyobek).
- Akhirnya menunggu sekitar 10 detik setelah kertas sobekan diberikan, baru deh kita dapet ID.
Hari H. Betapa deg-deg'an nya aku waktu denger isyu sesi foto cuma 50 detik. Tapi itu cuma kabar burung. Dan ternyataaaa.. ada burung yang menyampaikan kabar lebih buruk lagi. Dan burung itu terbang dari Ruang Bengawan Solo B Novotel Mangga Dua Square.
- Teman-teman fotografer, kamerawan dan reporter diharapkan berperan sebagai penonton di dalam ruangan konser. Semua kamera foto dan video plus alat rekam apa pun ditinggalkan di ruangan yang nggak bisa dipertanggungjawabkan keamanannya oleh panitia. Atau... dititipkan ke mobilnya. Atau.. dititipkan ke mobil temannya. Kebayang dong, masa aku rela meninggalkan kamera seharga motorku di ruangan yang nggak pakai nomor penitipan. Padahal nggak ada salahnya panitia bikin sebentar sobekan kertas lalu diberi nomor lalu dicap lambang panitia, sebagai bukti untuk pengambilan. But, mereka nggak mau repottt dan nggak mau disuruh bertanggung jawab atas kehilangan. Dan mereka nggak mau dititipin pada intinya. Opppssss.... jadi menilai nih!! Ok. aku harus netral.
- Pengumuman kedua pun muncul dengan sedikit perubahan. Pada akhirnya kamerawan dan fotografer boleh masuk ke venue, dan boleh mengambil gambar 1 lagu untuk kamerawan, 3 lagu untuk fotografer. Sedangkan reporter, yang bertugas untuk mereview opening dan closing act, diperbolehkan masuk setelah lagu ketiga.
- Masuklah aku setelah diabsen dari panitia dan diminta untuk baris yang rapi melewati jalur yang semual dijanjikan jalur khusus pers... ternyata memakai jalur penonton. Alhasil, nggak sedikit penonton yang kepentok-pentok "alat2 perang".
- Setelah melewati beberapa anak tangga dan sampai di lapangan parkir lantai 8, akhirnya kita diminta menunggu lagi di depan barikade selama lebih dari 30 menit entah untuk apa.
- Akhirnya setelah diperbolehkan masuk dengan cap ala dufan, yang sialnya aku dicap kiri kanan, aku menempati posisi di level media yang tingginya hampir 2 meter dan terletak di belakang festival. HOREEEE!!!!
- Akhirnya lagi, "si Mbak Bokong Besar" muncul dan menyanyikan lagu pembuka, "Crazy in Love". Langsung aja "jepret jepret jepret" nggak peduli apa'an yang ada di depan.
- Baru aja "si Mbak" nyanyi "Say my name... say my name....." dua kali... langsung deh aku tergusur sampai pintu keluar. Belum sampai barikade luar, aku langsung terbengong-bengong "Lhoh! katanya 3 lagu???"
- Karena aku cuma punya 1 ID, yang dulu tawar menawar dengan MBAK FRISTA, aku berkeras untuk masuk lagi ke area. Boleh sih, tapi aku diminta menitipkan kamera ke mobil temen. Aduh! kan aku ke situ sendirian, pakai taxi pula. Syukur nggak banjir Mangga Dua Square.
- Terjadilah tawar menawar soal ID pers yang cuma satu dan aku yang "kere" waktu itu. Setelah berdebat keras, akhirnya mereka setuju untuk memberi sebuah ruang di antara barikade dan aku letakkan kameraku "dengan resiko sendiri" (istilah panitia untuk nggak mau dititipin) di dekat barikade yang banyak sekuritinya,biar mereka bisa lihat kalau aku nggak nyolong2 motret.
- Karena nggak kelihatan, manjatlah aku ke barikade setinggi 2 meter dan nangkring di sana. Sedangkan di luar temen-temen pada main bakar2an ID pers.
- "Say my name" belum selesai.. akhirnya somebody called my name, dan akhirnya aku diseret.. eh.. sori.. diangkat sama 3 orang sekuriti ke luar barikade. Hal yang sama terjadi sebelum ini, waktu aku harus keluar karena sesi foto selesai.
- Setelah ribut2 sebentar, dan meminta untuk ngobrol sama MBAK FRISTA, ternyata dia terlalu pengecut untuk ngobrolin konsekuensinya memberiku satu ID Pers. Dan berbalik menyalahkan aku yang cuma minta satu ID (padahal dia sendiri yang nggak mau kasih). Anyway, akhirnya aku diangkatlah keluar area.
- Di luar, reporter yang dijanjikan masuk setelah lagu ketiga, belum masuk juga dan mulai memaki. Sadar akan keresahan soal liputan teman-teman, aku juga bisa merasakan aura nya saat itu. Betapa panitia terlalu "banci" untuk menghadapi 300 teman-teman pers.
- Ya sudahlah, demi kamera yang nggak mau kutitipkan ke orang yang nggak kukenal, akhirnya aku nongkrong aja di pelataran parkir terbuka yang basah habis ujan.
0 komentar:
Post a Comment