RSS

TAIKO : Di antara Berjiwa Besar dan Indonesia?

Akhirnya 30 hari setelah peminjaman Taiko, 1142 halaman terselesaikan juga. Cerita sejarah memang lebih menarik daripada novel fiksi biasa dan entah kenapa kok aku jadi pengen baca untuk kedua kalinya. Memang agak lama ngebacanya, dibanding seri sebelumnya Mushashi, tapi cerita Taiko ini lebih seru. Tapi bikin aku ikutan capek, berasa perang beneran, sampai ikutan pengen mandi. Soalnya tokoh di sini sering banget berhari-hari nggak mandi, berkubang lumpur, keluar masuk hutan, jalan bermil-mil, ngebangun pondok, berdebu, berkeringat campur darah. *ya iyalaaahhh secara perang!*
Buat yang nggak terlalu suka sejarah dan nggak punya ingatan tajam, disarankan jangan baca buku ini. Soalnya, cast di cerita ini banyaaaaakkkk bangettt..
Jujur, kalau disuruh cerita lagi siapa aja tokoh yang ada di dalamnya, aku bakal jawab "nggak tahu". Seingatku sih cuma Takichiro yang berubah nama jadi Hideyoshi, dan sempat beberapa kali berubah nama depan.
Aduh! itu baru satu tokoh yang setiap kali muncul dalam setiap buku. (di satu buku berjumlah 1142 halaman itu, dibagi jadi 8 buku.. kalo nggak salah inget *tuh kan udah lupa lagi* hehehehhe).
Buat cewek-cewek, jangan berharap menemukan kisah romantis. Nggak ada romantisnya sama sekali. Yang ada malah Hideyoshi punya gundik yang banyak, padahal Nene-istrinya udah digambarkan cantik banget. Bahkan Hideyoshi sempat punya gundik umur 17 tahun di umur 48 tahun!!!

-Romantic Princess serial-

Wanita jadi nomor 2 dalam masyarakat, bahkan nggak boleh marah apalagi cemburu kalau suaminya punya simpanan banyak. Tapi istrinya dituntut untuk setia, teguh, bahkan mengurus benteng sendirian saat suami pergi perang. Ciri khas laki-laki berkeluarga di abad itu lah pokoknya! sama kayak Indonesia jaman revolusi dan kesultanan. Damn!

Cerita ini berkisar masalah perebutan dan pelebaran kekuasaan Jepang Tengah yang waktu itu dikuasai oleh bangsawan marga, ronin dan biksu. Sepak terjangnya Nobunaga keren banget di sini. Bedanya sama Mushashi, di sini tokoh prajurit dan samurai sering banget menangis. Tangisannya keluar sebagai penghargaan atas rasa hormat dan persahabatan.

Seppuku, alias bunuh diri, jadi bagian dalam usaha diplomasi dan penegakan kehormatan. Walaupun di bagian terakhir, seppuku Ikeda Shonyu cenderung terlihat pembunuhan ketimbang bunuh diri dan lebih berdarah-darah, berjuang sampai mati jadi bagian yang menarik. *mengingat di Indonesia lebih baik kabur atau ngeles kalo ketahuan salah.*

Yang bikin aku terinspirasi di sini adalah kelemahan kita untuk terus menerus berpikir naif dan sangat picik dibanding Hideyoshi yang selalu melihat "sesuatu yang lebih besar" yang menjadi bagian dalam perjalanan hidupnya. Kalau di sini Hideyoshi bisa merasa "Inilah jalan yang harus kujalani untuk mencapai impianku", aku terdorong untuk mencari jalan "Inilah jalan untuk tujuanku". Aku belum nemu!!! *Jadi iri.*

Kesetiaan dan kehormatan jadi bagian penting. Malu kalo nggak bangga terhadap junjungannya bertolak belakang dengan orang Indonesia yang lebih suka mengkritik dan menjelek-jelekkan bangsa sendiri dibandingkan orang dari negara lain.

Sering banget kan kita dengar *nggak usah muna' deh!* "Wah! orang Amerika tuh emang keren kalo bikin film! Produk fashion Hongkong lebih bagus daripada orang Indonesia." "Indonesia itu melarat, barangnya bajakan semua, bisanya cuma nyontek."

DOOOOOOHHHH!!! Kalau bukan kita sendiri yang ngebangun bangsa sendiri, siapa lagi? Aku malu punya bangsa seperti ini, tapi aku nggak malu untuk memulai segala sesuatu dari awal. We are NOW generation *nyontek slogannya TRAX FM*. Jangan cuma bisa mengkritik tanpa bisa bertindak. Jangan cuma ngajarin tanpa mau belajar. Aku mau mulai dari sekarang! l

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

ninabelle said...

SETUJU!! Hmmm...patut dilaksanakan tuh:)