Akhirnya setelah sekian lama aku memberanikan diri tanya sama mbak 'Kenapa kok belum menikah juga setelah 15 tahun pacaran."
Finally i got the answer last night.
Beda agama dan suku. Sambil nangis mbakku cerita banyak soal alasan kenapa pacarnya masih terhambat menikahinnya, padahal rencana itu udah ada sejak 5 tahun yang lalu.
Mbakku memang orang yang tertutup, punya perasaan yang sangat sangat sangat sensitif tentang kehidupan pribadinya, but i do love her very very much.
Makanya pertanyaanku baru diajukan setelah 2 tahun kupendam dan kupikirkan sendiri.
Klise memang. Tapi itulah yang terjadi. Selama keyakinan masih jadi halangan dua belah pihak, pernikahan nggak akan terjadi.
Apalagi dua keluarga kukuh banget mempertahankan.
Tapi sekali lagi bukankah yang menjalani kehidupan rumah tangga adalah calon mempelai sendiri. Let them decide what they want to do to make all things work.
Sekali lagi, mungkin bukan mereka yang panik. Tapi justru aku.
Soalnya bukan mereka yang dikejar waktu, tapi orangtua masing-masing pihak yang selalu dikejar waktu dan usia.
Belum tentu saat ini mereka sehat, dan di lain hari mereka akan tetap sehat. Kesehatan mereka sangat rentan.
Mungkin alasannya terlalu memaksa, tapi bukankah itu salah satu cara untuk membuat mereka semangat menjalani hidup.
Biarkan orang lain mo ngomong apa, biarkan orang lain mo nikah muda, biar aja orang suka rese' "kapan mo merit" , tapi orang tua sedang berpacu dengan waktu.
Marriage Age Panic!
9:41 AM |
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment